SABDO PALON NOYO GENGGONG
Sabdo berarti kata-kata, palon kayu pengancing kandang, noyo pandangan, genggong langgeng tidak berubah
Pedoman Hidup Abadi di Tanah Jawa
Banyak yang bertanya setelah Ketua FIMHD yaitu Shri AA Ngurah Arya Wedakarna kerawuhan untuk melaksanakan perintah Ramalan “Sabdo Palon Noyo Genggong”, apakah isinya ramalan itu ? Saya coba ambil bagian akhir dari sejarah jatuhnya Majapahit sampai abdi Prabu Brawijaya tidak mau mengikuti jejak rajanya dan memilih menunggu di alam Ghaib.
Prabu Brawijaya melarikan diri ke Bali(Klungkung) setelah Majapahit jatuh di tangan Raden Patah anaknya sendiri yang sudah masuk Islam sekarang sudah sampai di Blambangan. Akhirnya Sunan Kalijaga berhasil menemui beliau dan terjadilah percakapan ;
Sunan Kalijaga: kini putra paduka ingat bahwa paduka lolos dari istana dan tidak keruan tinggal dimana. Paduka dimohon kembali ke Majapahit, tetaplah menjadi raja, dijunjung para punggawa, menjadi pusaka dan pedoman yang dijunjung tinggi anak cucu dan para sanak saudara, dihormati dan dimintai restu keselamatan semua di bumi. Apabila paduka berkenan memegang tahta lagi, paduka ingin tinggal di gunung mana paduka tinggal, putra paduka memberi busana dan makanan untuk paduka, tetapi mohon pusaka kraton di tanah Jawa, diminta dengan tulus.
Prabu Brawijaya berkata: aku muak bicara dengan santri mereka bicara dengan mata tujuh, lamis semua, maka blero matanya. Menunduk dimuka tetapi memukul dibelakang. Kata-katanya hanya manis dibibir, batinnya meraup pasir ditaburkan ke mata , agar buta mataku ini. Dulu-dulu aku beri hati, tapi balasannya seperti kenyung buntut.
Sunan Kalijaga: apabila prabu tidak bersedia mengikuti saranku lebih baik bunuh saja hamba.
Prabu Brawijaya: Sahid duduklah dulu kupikir baik-baik kupertimbangkan saranmu, benar dan salahnya, baik dan buruknya, karena aku khawatir omongmu itu bohong saja. Seumpama aku ke Majapahit Si Patah bencinya tidak sembuh punya ayah Buda kawak kafir kufur, kemudian aku ditangkap, dikebiri, disuruh menunggu pintu belakang, pagi sore dibokongi sembahyang, apabila tidak tahu kemudian dicuci di kolam digosok dengan ilalang kering. Coba pikirlah Sahid alangkah sedih hatiku orang sudah tua renta,lemah tak berdaya kok akan direndam dalam air.
Sunan Kalijaga: mustahil jika demikian besok hamba yang tanggung, tidak mungkin putra paduka berlaku demikian. Akan halnya masalah agama hanya terserah sekehendak paduka, namum lebih baik paduka berkenan berganti syarat Rasul dan mengucapkan asma Allah. Akan tetapi jika paduka tidak berkenan itu tidak masalah. Toh hanya soal agama. Pedoman orang Islam itu syahadat, meskipun salat dingklak-dingkluk jika belum paham syahadat itu tetap kafir namanya.
Terjadi percakapan Teologi dan Sunan Kalijaga berbicara banyak-banyak agar Prabu Brawijaya berkenan pindah agama, jika paduka memeluk Islam, manusia Jawa tentu kemudian Islam semua, setelah itu prabu Brawijaya mengucapkan kalimat syahadat.
Setelah kejadian itu minta potong rambut, tetapi belum lahir bathin rambut paduka belum bisa terpotong.
Setelah potong rambut…
Prabu Brawijaya: kamu berdua kuberi tahu mulai hari ini aku meninggalkan agama Buda dan memeluk agama Islam. Kalau kalian mau, kalian akan kuajak pindah agama Rasul dan meninggalkan agama Buda.
Sabdo Palon: hamba ini Ratu Dang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta, menjadi asuhan hamba. Mulai darileluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun-temurun sampai sekarang. Hamba mengasuh penurun raja-raja Jawa. Hamba tidak tidur sampai 200 tahun. Selama tidur hamba selalu ada perang saudara, manusia yang nakal membunuh bangsanya sendiri, sampai sekarang umur hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, sejak pertama menepati agama Buda. Baru paduka berani meninggalkan pedoman leluhur Jawa. Jawa artinya tahu. Mau menerima berarti Jawan. Kalu hanya ikut-ikutan akan membuat celaka muksa paduka kelak.
Halilintar bersahutan menyambut perkataan Wikutama (Sabdo Palon). Prabu Brawijaya disindir oleh Dewata karena mau masuk agama Islam, yaitu dengan perwujudan keadaan dunia ditambah tiga hal: (1). rumput jawan (2) padi Randanunut dan (3) padi Mriyi.
Prabu Brawijaya: bagaimana niatmu, mau apa tidak meninggalkan agama Buda masuk agama Rasul.
Sabda Palon: paduka masuklah sendiri. Hamba tidak tega melihat watak sia-sia, seperti manusia Arab itu. Menginjak-injak hukum, menginjak-injak tatanan. Jika hamba pindah agama pasti akan celaka muksa hamba kelak. Yang mengatakan mulia itu kan orang Arab dan orang Islam semua memuji diri sendiri. Mati yang utama itu sewu satus telung puluh . Artinya satus itu putus, telu itu tilas, puluh itu pulih, wujud kembali, wujudnya rusak, tetapi yang rusak berasal dari ruh.
Prabu Brawijaya: ”ciptaku menempel pada orang-orang yang lebih”.
Sabdo Palon: itu manusia tersesat, seperti kemladeyan menempel di pohon besar, tidakpunya kemuliaan sendiri hanya numpang. Itu bukan mati yang utama. Tapi matinya manusia nista, sukanya menempel, ikut-ikutan, tidak memiliki sendiri, jika diusir gentayangan menjadi kuntilanak.
Prabu Brawijaya: aku akan kembali kepada suwung, kekosongan, ketika aku belum maujud apa-apa, demikianlah tujuan matiku kelak.
Sabda Palon: itu matinya manusia tidak berguna, ketika hidupnya seperti hewan, hanya makan, minum dan tidur. Demikian hidupbisa gemuk kaya daging. Penting minum dan kencing saja, hilang hidup dalam mati.
Prabu Brawijaya: aku menunggui tempat kubur, apabila sudah hancur luluh menjadi abu.
Sabdo Palon: itulah matinya orang bodoh, menjadisetan kuburan, menunggui daging di kuburan, daging sudah luluh menjadi tanah, tidak mengerti ruh baru. Itu manusia bodoh.
Prabu Brawijaya: aku akan muksah dengan ragaku.
Sabdo Palon: kalau orang Islam terang tidak bisa muksa, tidak mampu meringkas makan badannya, gemuk kebanyakan daging.
Prabu Brawijaya: aku tidak punya kehendak apa-apa, tidak bisa memilih, tererah Yang Maha Kuasa. Dimanakah Tuhan Yang Sejati ?
Sabdo Palon: tidak jauh tidak dekat, paduka bayangannya sendiri. Paduka wujud sifat sukma. Sejatinya tinggal budi, hawa, dan badan.
Prabu Brawijaya: apa kamu tidak mau masuk agama Islam ?
Sabdo Palon: ikut agama lama, kepada agama baru tidak !. kenapa paduka berganti agama tidak bertanya kepada hamba ? Apakah paduka lupa nama hamba Sabdo Palon ?. Sabdo atinya kata-kata, Palon kayu pengancing kandang. Naya artinya pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi bicara hamba itu bisa untuk pedoman orang tanah Jawa, langgeng selamanya. Sungguh jika sudah berganti agama Islam,meninggalkan agama Buda, keturunan paduka akan celaka, Jawa tinggal jawan, artinya hilang, suka ikut bangsa lain. Paduka besok saksikan banyak manusia sua menipu, berani bertindak nista, dan suka bersumpah. Besok setelah bertaubat ingat kepada agama Buda lagi dan kemudian mau makan buah pengetahuan, Dewa kemudian memaafkan, hujan kembali seperti jaman Buda.
Prabu Brawijaya: aku menyesal masuk Islam dan meninggalkan agama Buda. Ia masuk agama Islam karena istrinya putri Cempa yang mengatakan orang agama Islam itu kelak apabila mati akan masuk surga yang melebihi surganya orang kafir.
Sabdo Palon: sejak jaman kuna, bila laki-laki menurut perempuan, pasti sengsara, karena perempuan itu utamanya untuk wadah, tidak berwenang mulai kehendak. Aku akan memisahkan diri dengan paduka.
Prabu Brawijaya: kamu cela tanpa guna, karena sudah terlanjur, sekarang hanya kamu yang kutanya,masih tetapkah tekadmu? Aku masuk agama Islam disaksikan oleh Si Sahid, sudah tidak bisa kembali lagi ke agama Buda. Kamu mau pergi kemana ?
Sabdo Palon: tidak pergi, tetapi tidak berada di situ, hanya menepati yang namanya Semar, artinya melingkupi sekalian wujud, anglela kalingan padang.
Prabu Brawijaya: ”Aku bersumpah besok apabila ada orang Jawa tua, berpengetahuan, yaitulah yang akan diasuh Sabdo Palon. Orang tua itu akan diajari benar salah”. Besok gantilah Negara Blambangan dengan nama Negara Banyuwangi agar menjadi pertanda kembalinya Sabdo Palon ke tanah Jawa membawa asuhannya.
Setelah meninggal Prabu Brawijaya, Raden Patah datang ke kubur ayahnya sendiri terdengar suara yang memekikkan telinga ”Habis cinta kasihku kepada anak enakanlah makan dan tidur. Ada gajah digertak seperti kucing, walaupun mati wujudku, tetapi ingatlah besok, apabila sudah agama Kawruh, besok akan ku balas. Kuajari tahu benar dan salah, cara memangku kerajaan, makan babi seperti jaman Majapahit”.
Sunan Kalijaga diampuni oleh Allah, dengan pasemon adanya orang-orang yang punggungnya sampai ke punuk disisipi tatal kayu jati. Maksudnya punukmu panakna, ilmu sejati itu tidak usah berguru kepada orang Arab.
Yogyakarta, 3 Desember 2007
dr. Putu Melaya
Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana FK UGM
Dikutif dari Buku Ramalan Ghaib Sabdo Palon Noyo Genggong
Dimuat di Media Hindu Nopember 2008