Kamis, 18 Desember 2008

YOGA

FUNGSI DAN KEDUDUKANNYA

Yan sira weruh lawan Katikelaning Genta Pinarah Pitu muwah Sastra Sanga lawan Bodha Kecapi wenang sira anabuh aksara Kalima Usadha Mahaputus. Yan sira tan weruh tan wenang anabuh aksara iki, apan estu palaniya urip katekaning pati tan pegat anemu sang sara utawi sang kala (Kalima Usada Mahaputus, Ngurah Nala, 1993).

Dalam hal usadha kita banyak mengenal lontar, salah satunya Lontar Usada Maha Putus yang memuat kalimat tersebut. Katikelaning Genta Pinarah Pitu berarti penyatuan energi kundalini yang mengalir dalam simpul saraf (flexus) dari Chakra Muladara mengalir dan bersatu (bertemu) dengan energi kundalini di Chakra Sahasrara, yang mempunyai ciri bunyi tertentu yang diartikan sebagai bunyi genta. Sedangkan Sastra Sanga berarti ilmu pelajaran yang harus dikuasai untuk menguasai ilmu pengobatan tradisional (Balian) ataupun jika ingin menjadi seorang Dalang. Berbeda dengan anggapan dan kepercayaan para Balian dan Dalang yang disebut Sastra Sanga (Aksara Sanga) adalah lubang yang berjumlah 9 buah dalam tubuh manusia. Hal yang menarik adalah sastra sanga ini terdiri dari Darsana Agama, Kanda Pat, Tattwa Bhuwana Mabah, Tattwa Purusha Pradana, Tattwa Rwa Bhineda, Wija Aksara, Tattwa Siwatma dan Dewa Nawa Sanga (Ngurah Nala,1993).

Darsana agama merupakan filsafat India yang mempercayai dan kemutlakan otoritas Weda sebagai sabda Tuhan Yang Maha Esa. Darsana sendiri merupakan filsafat yang sering diajarkan seperti Samkya. Mimamsa, Yoga, Nyaya, Waisesika dan Vedanta. Yang paling sering kita dengar ada tiga filsafat Hindu seperti Vedanta, Samkhya dan Yoga. Yoga berasal dari kata Yuj berarti berhubungan, yang dimaksud adalah bertemunya roh individu (atman atau purusa) dengan roh universal yang tidak berpribadi (Mahapurusa atau Paramatman).

Weda sebagai sabda Brahman Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber ajaran agama Hindu sedangkan darsana merupakan pandangan para ahli tentang kebenaran Weda dan alam semesta.

Yoga merupakan ilmu yang sifatnya praktis dari ajaran Weda yang sudah terdapat baik dalam kitab sruti maupun smrti, demikian pula dalam kitab itihasa dan purana. Yoga merupakan usaha penghentian pusaran batin yang menghalangi pancaran cahaya kesadaran dan Maharesi Patanjali mengartikan yoga sebagai Citta vrttinirodha. Filsafat Yoga berhubungan dengan filsafat Samkhya (Samkhyayoga) yang berpengaruh terhadap agama Hindu di Indonesia termasuk kitab-kitab Siwatattwa seperti Wrhaspatitattwa, Tattwajnana dan Ganapatitattwa.

Seluruh kitab Yoga Patanjali ada sekitar 196 sutra yang terbagi dalam empat Pada (bagian), bagian pertama disebut Samadhi Pada yang berisi 51 sutra, berisi tentang sifat, tujuan dan bentuk ajaran yoga, Sadhana Pada 55 sutra, berisi tentang pelaksanaan yoga seperti cara mencapai Samadhi, tentang kedudukaan, karmaphala, Vibhuti Pada 56 sutra, berisi tentang kekuatan gaib yang bisa diperoleh dari pelaksanaan yoga dan Kaivalya Pada terdiri dari 34 sutra, yang berisi tentang alam kelepasan dan kenyataan roh yang mengatasi alam duniawi (I Made Titib, 1996).

Fungsi Yoga

Hakekat Hidup Menurut Filsafat Samkhya :

Tamas

Baik filsafat Vedanta dan filsafat Yoga menganjurkan agar manusia mampu mengerti Purusa-Pradana, Purusa-Prakirti dan mengatasi pengaruh triguna dan pengaruh Maya dan Asta Aiswarya untuk menuju Paramasiwa. Setelah purusa sama dengan paramasiwa maka itulah yang disebut Kaivalya, alam moksah dimana atma mampu mengatasi keterikatan duniawi. Bagi yang telah sempurna visi spiritualnya, Atman-nya sepenuhnya terlepas dari gelora perasaan dan gejolak pikiran. Sejak inilah viveka menjadi sentosa dan kesadaran menggapai Kaivalya. Walaupun masih terjdi selingan berupa kemunculan pemikiran-pemikiran lain sebagai konsekuensi dari kecenderungan-kecenderungan sebelumnya hinga interval tertentu pemusnahan tidak sulit lagi (Kaivalya Pada sutra 25 – 28 atau YS IV.25 – 28).

Kedudukan Yoga dalam susastra.

Kitab Hindu menurut Maurice Winternitz kitab Weda dibagi dalam 3 kelompok besar seperti kitab Weda Samhita, kitab Brahmana, kitab Aranyakan dan Upanisad. Ketiga kitab tersebut merupakan kitab Sruti atau kitab wahyu. Dalam Hindu juga ada kitab weda dan kitab susastra weda yang bukan merupakan kitab wahyu tergolong kitab smrti. Untuk menyebutkan syair dalam kitab Sruti adalah mantra sedangkan syair untuk kitab Smrti adalah sloka. Kitab-kitab tergolong Smrti; Dharmasatra, Vedangga, Upaveda, Upangaveda. Itihasa, Purana, Agama, Tantra dan Darsana.

Ye agnidagdha ye anagnidagdha

madhye divah svadhaya madayante

tebhih svaral asunitim etam tyathavasam

tanvam kalpayasva. (Rgveda X. 15.14)

Dr. Putu Melaya

Buol 12 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar